sebenarnya terkesan lari dari kenyataan hari ini...
hhfff... semua org dilorong sibuk berkumpul di salah satu rumah warga, sibuk selamatan mobil baru.
congratz dehhh...
semoga rejekinya makin lancar tante, om, ...
entah ada angin apa, kaki ku berjalan begitu saja kewarnet terdekat. bosan jg dirumah. walau cucian setumpuk+rumah yg belum tersentuh sapu menungguku dengan muka masam.
semalam menyenangkan, seperti biasa aku dan beberapa jagoan cilik masa depan belajar bersama.
bloggie...
tw tidak bertemu dan berbagi segala hal dengan anak-anak itu adalah hal yg sangat menyenangkan. bagiku anak-anak adalah sampel masyarakat. sebuah kotak kecil yang mewakili segala bentuk manusia disekitar kita.
tidak seperti biasa, semalam hanya ada 3 anak. biasanya mereka berjumlah belasan. tapi aku telah membaginya jadi dua kelas, masing-masing 10 orang. tapi mungkin karena hujan jadi hanya ada 3 :(
untunglah mereka mengikuti dengan baik. mereka mengumpulkan beragam gambar luar negeri, korea, jepang, amerika, dlll... seperti yang telah kutugaskan.
tujuan ku menugaskan mereka adalah agar mereka termotivasi kenapa harus belajar bahasa inggris. bagiku bahasa inggris bukan sekedar bahasa internasional. lebih dari itu, bahasa inggris benar-benar bukti nyata akan makna "man jadda wajada".
masih terlintas memori 7 tahun lalu, saat aku menginjak kelas 1 MTs, modal bahasa inggrisku sangat minim. acapkali tiap belajar bahasa inggris aku hanya bisa merengut. tidak bisa bicara, menulis, mendengar, apalagi membaca (pelafalan kataku memprihatinkan)
namun menginjak kelas 2, Pak Is begitu bangga mengurai nilai-nilai ku 4... 2... 3... 1...4... katanya luar biasa kalau aku bisa dapat 5. nilai ku sekitaran sapu lidi (1), bebek (2), separuh delapan (3), atau kursi (4) ... (hha...)
hampir tiap hari pak Is menegurku, mengatakan payah, menggelengkan kepala, dan mengerutkan kening, bahkan saat mengerjakan tugas writing aku menulis this day (maksudnya today) pak Is tak henti tertawa dan bingung.
"pak, kenapa saya terus?", gerutuku sekali waktu. karena pak Is mengejekku terus.
"karena kamu yang paling tidak bisa", jawabnya
"deh... pak iyya..", elakku tak mau terima
"memang", timpalnya.
"...", aku terdiam
sejak pertemuan pertama kelas 1 semester II pak Is yang mengajarku hingga usai masa Mts. dalam proses pembelajaran itu, acapkali ia masuk kelas dan serta merta meletakkan kamus besar berwarna biru beberapa senti tepat diatas kepalaku, dengan mata terpejam ia melafalkan satu kata bahasa inggris
"greedy"
"hha?? knp, pak?"
"bruk!!", kamus yang tebalnya tak kalah dengan serial harry potter yang tak berkesudahan itu mendarat dikepalaku
"pak.. iyya..", protesku
"lost"
"pak..."
"bruk...!!"untuk part yg kedua kamus melaksanakan tugasnya dengan baik.
dengan muka masam bin tanduk yang menjulang maya, kulihat pak Is berjalan dengan santai, mencari mangsa lain. serupa predator guru satu ini.
setelah mengetahui taktik pak Is, kupaksakan diriku memasukkan berbagai kosa kata yg katanya munafik itu ke kepalaku. bayangkan saja, bila aku tak memaksakan diri mungkin hanya dalam hitungan bulan aku bisa gegar otak menjadi landasan gratis kamus biru itu. :(
pak Is... pak Is...
metodemu mungkin tak bisa dikatakan benar, tapi hal itulah yang membuatku bisa, terkadang kita memang harus tersudut dulu agar teori out of the box dan mestakung(semesta mendukung) keluar dengan sendirinya
"i'm proud to be your teacher."
kata itu masih melekat dikepalaku, satu hal yang kusesali karena saat kau mengucapkan itu, aku masih dalam kondisi menganga bodoh. tak mengerti. hingga setelah semua pandangan melirik padaku, dan kau pun tersenyum, hanya senyum ketidakjelasan yang kuberi. namun, dikemudian hari saat ku tahu dengan jelas arti dan makna kalimat itu, aku berkesimpulan bahwa kau adalah sosok yang sangat menghargai usaha dan kerja keras.
terima kasih, atas segala tempaan yang kau berikan padaku, kau mentor terbaik yang pernah kutemui.
mengajarkanku makna bisa, tanpa mengatakannya.
luar biasa, dan jujur aku juga ingin menjadi mentor inspiratif sepertimu.
disaat semua orang dengan mudah mengatakan semua mudah kalau dasarnya cerdas, rasanya aneh mengingat prosesnya tidak semudah itu, dibelakang setiap pertunjukan yg terlihat natural dan mengundang decak kagum akan selalu ada pengarah(mentor) yang luar biasa, kerja keras yang tak henti, dan Allah sebagai esensi terpenting.
tanpa-Nya segala ketidakmungkinan tak akan menjadi mungkin
Allah is Master of Possibility
(eri, 11/12/2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar