BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketika melakukan penelusuran di dunia maya, ada artikel yang cukup menarik bagi penulis. Artikel tersebut perihal makna definisi, yang ternyata memiliki fungsi dan manfaat besar bagi kehidupan kita sehari-hari. Berawal dari istilah dan pengolahannya, mungkin dalam hati Anda semua bertanya, kenapa istilah itu harus diolah sedemikian rupa? Ini memang benar bahwa istilah juga perlu diolah dengan baik layaknya memasak nasi. Sebab, kalau menurut hemat saya, dunia filsafat ataupun dunia ilmu, bertumpu pada pengolahan istilah yang semakin lama semakin kompleks pengertiannya.
Misalnya saja, kata globe (dunia) dalam bahasa Inggris mendapatkan pengertian yang sangat kompleks ketika berubah menjadi istilah globalization (mendunia atau globalisasi). Bagi yang faham benar dengan pengertian istilah tersebut, pastilah ia akan memahami kompleksitas pengertiannya. Sebab, ini bukan hanya menyangkut pada semakin banyaknya orang yang berkunjung antar negara, tetapi juga berhubungan dengan kasus penyelundupan obat-obatan terlarang, masalah perusahaan multinasional, hubungan diplomatik, ataupun kompetisi internasional di bidang pendidikan, tenaga profesional, hingga teknologi militer.
Globalisasi mengandaikan semuanya itu dan juga soal-soal yang tidak saya sebutkan. Kita tidak dapat mereduksi atau memangkas pengertian istilah ini sebagai sesuatu yang sederhana seperti terkandung dalam pengertian "mendunia". Oleh karenanya, menjadi penting bila suatu istilah itu dipahami dengan baik. Supaya istilah ini dipahami dengan baik, kita harus mengolahnya dengan baik pula.
Pengolahan istilah yang baik sebenarnya dilaksanakan dengan cara "membatasi pengertiannya". Atau, nama lain untuk pembatasan pengertian suatu istilah tiada lain daripada yang disebut definition (definisi). Dalam logika, pemberian definisi suatu istilah dipenuhi oleh dua unsur, yaitu definiendum (istilah yang hendak dibatasi pengertiannya) dan definiens (uraian tentang batasan untuk istilah yang dimaksud).
Berangkat dari hal tersebut maka penulis hendak membahas perihal makna pembatasan dalam definisi, ruang lingkup definisi, serta hal-hal yang terkait didalamnya.
B. PEMBATASAN MASALAH
Guna memfokuskan makalah ini, maka kami membatasi pembahasan hanya seputar definisi dan ruang lingkupnya. Termasuk didalamnya jenis, hukum, dan hal lain yang terkait langsung.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana yang dimaksud dengan definisi?
2. Bagaimana hukum-hukum definisi?
3. Bagaimana jenis-jenis definisi?
4. Bagaimana kaitan definisi dengan ilmu?
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan definisi
2. Untuk mengetahui hukum-hukum definisi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis definisi
4. Untuk mengetahui kaitan definisi dengan ilmu
E. MANFAAT PENELITIAN
Menyediakan bahan bacaan bermanfaat bagi para pembaca akan pentingnya pemahaman mengenai definisi. Sehingga tidak terjadi kerancuan dalm berpikir dan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
F. METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah tinjauan pustaka melalui internet dan buku bacaan. Hal ini dilakukan karena mencakup bahan yang up date dan mudah diakses oleh masyarakat luas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI DARI DEFINISI
Dalam proses pembicaraan atau membaca, tidak jarang orang bertemu dengan kata-kata yang artinya tidak menjadi jelas melalui konteksnya. Untuk memahami artinya diperlukan definisi sehingga salah satu tujuan definisi adalah menambah perbendaharaan bahasa bagi orang yang tidak tahu tersebut.
Tujuan berikutnya dari definisi adalah untuk menghapus kedwiartian kata, khususnya kata-kata kunci, agar tukar pikiran tidak menjurus pada kesalahan berpikir dak tidak sekadar bersifat verbal. Di lain kesempatan, kita mungkin sedikit tahu arti kata, tetapi tidak pasti batas-batas penerapannya. Karena hal tersebut maka definisi perlu dibuat. Tidak jarang suatu masalah tidak kunjung diselesaikan sebab pihak-pihak yang bermasalah menggunakan satu kata dengan penafsiran yang berbeda-beda.
Definisi berasal dari kata latin: definire, yang berarti: menandai batas-batas pada sesuatu, menentukan batas, memberi ketentuan atau batasan arti. Jika tidak demikian, orang akan gampang berbicara secara liar ‘ke utara-ke selatan’ dan di luar masalah. Definisi adalah suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasanya lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian suatu hal. Ada berbagai jenis definisi, salah satunya yang umum adalah definisi perkataan dalam kamus (lexical definition).
Definisi merupakan unsur atau bagian dari ilmu pengetahuan yang merumuskan dengan singkat dan tepat mengenai objek atau masalah. Definisi sangat penting bagi seseorang yang menginginkan sanggup berpikir dengan baik. Pernyataan sebagai suatu bentuk definisi harus terdiri atas dua bagian, yaitu definiendum dan definiens, dua bagian ini harus ada jika tidak bukanlah suatu definisi. Definisi atau batasan arti banyak macamnya, yang disesuaikan dengan berbagai langkah, lingkungan, sifat, dan tujuannya.
Dalam logika, pemberian definisi suatu istilah dipenuhi oleh dua unsur, yaitu definiendum (istilah yang hendak dibatasi pengertiannya) dan definiens (uraian tentang batasan untuk istilah yang dimaksud). Selain dua unsur yang telah disebutkan, suatu definisi harus memenuhi syarat-syarat seperti terurai di bawah ini.
1. Suatu definisi tidak boleh lebih atau kurang daripada pengertian dasar istilah yang didefinisikan. Misalnya: Manusia adalah hewan. Definisi istilah manusia ini menjadi salah karena pengertian hewan melebihi pengertian manusia. Sebab, kata hewan dipakai juga untuk menyebut jenis yang lainnya dan bukan hanya manusia.
2. Definisi tidak boleh dinyatakan dalam bahasa yang samar-samar.
Misalnya: Anjing adalah yang berkaki empat. Definisi istilah anjing di atas masih terlalu samar pengertiannya dan dapat tertukar dengan pengertian kucing atau kuda yang sama-sama memiliki empat kaki.
3. Definisi tidak boleh diberi istilah yang didefinisikan atau sinonimnya.
Misalnya: Binatang adalah hewan. Istilah binatang merupakan kata lain yang sepadan (atau sinonim) untuk istilah hewan. Jadi, tidak dapat digunakan untuk membuat pengertian batasan yang dibutuhkan untuk istilah binatang.
4. Definisi tidak boleh dinyatakan dalam bentuk negatif apabila masih mungkin dinyatakan dalam bentuk positif. Misalnya: Salah adalah tidak benar.
5. Dalam definisi istilah salah, pengertian tidak benar merupakan pengertian yang tidak menjelaskan pengertian salah itu sendiri. Kita sudah mengetahui bila salah akan berarti tidak benar. Jadi, definisi ini merupakan suatu definisi yang buruk karena tidak memberikan pengertian yang baik tentang istilah salah.
Selain syarat-syarat diatas ada pula syarat yang merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan supaya definisi yang dirumuskan itu baik dan betul-betul mengungkapkan pengertian yang didefinisikan secara jelas dan mudah dimengerti. Syarat-syarat definisi secara umum dan sederhana ada lima syarat, definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari apa yang didefinisikan, definisi harus merupakan suatu kesetaraan arti hal yang didefinisikan dengan yang untuk mendefinisikan, definisi harus menghindarkan pernyataan yang memuat istilah yang didefinisikan, definisi sedapat mungkin harus dinyatakan dalam bentuk rumusan yang positif, definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas dari rumusan yang kabur atau bahasa kiasan.
Socrates menganggap definisi sebagai persyaratan untuk memilki pengetahuan yang sempurna. Definisi, menurut Socrates, adalah penjelasan tentang sesuatu. Dalam buku Theaetetus, dapat kit abaca dialog antara Socrates dan Theaetetus tentang definisi. Berikut cuplikannya :
“ Bila orang menyatakan pendapat yang benar tentang sesuatu tanpa definisi, engkau boleh mengatakan bahwa otaknya betul-betul pintar, tapi tak punya pengetahuan. Karena orang yang tak dapat member dan menerima definisi tentang sesuatu tidak punya pengetahuan tentang benda itu. Tapi kalau dia menambahkan definisi, saya bisa saja menolaknya tapi pengetahuannya sempurna. Theaetetus bertanya : dapatkah guru memberi contoh tentang definisi? Socrates menjawab : misalnya, tentang matahari, saya kira engkau perlu bahwa matahari adalah benda yang paling terang diantara benda-benda angkasayang beredar mengelilingi bumi. Theaetetus berkata: tentu. Socrates berkata lagi: camkanlah mengapa saya mengatakan hal ini. Alasannya, ialah, seperti yang saya katakan, bahwa jika engkau tahu perbedaan dan cirri pembeda setiap benda, maka seperti biasa dikatakan orang, engkau sampai pada definisi atau penjelasan tentang benda itu. Kalau engkau hanya tahu suatu yang umum saja dan bukannya cirri, engkau hanya tahu definisi benda-benda yang memiliki sifat-sifat umum itu.”
Confusius, dalam Lum-yu (analek Confusian), juga mengingatkan kepada Tzu-lu, muridnya, tentang pentingnya “meluruskan nama-nama”. Ungkapan ini sama dengan definisi. Cuplikan dialog antara Confusius dan Tzu-lu adalah sebagai berikut:
Tzu-lu berkata : “Penguasa Wei sudah menantimu, agar Anda mengurus pemerintahan bersama dia. Tugas mana menurut Anda yang terpenting? Sang guru menjawab: meluruskan nama-nama. Tzu-lu berkata: kalau begitu baiklah. Anda memang bijaksana. Tetapi mengapa harus meluruskan nama? Sang guru menjawab: kamu sangat tidak terdidik, Yu. Orang berkarakter mulia, jika dia tidak tahu apa-apa, harus berhati-hati. Jika nama tidak benar, ucapan tidak sesuai dengan kebenaran benda-benda. Jika ucapan tidak sesuai dengan kebenaran benda-benda, tugas tak dapat dijalankan dengan sukses.”
B. HUKUM DEFINISI
Membuat definisi itu ibarat membuat roti: keterampilan pembuatnya terdiri dari memanfaatkan sedapat mungkin bahan-bahan yang ada. Untuk maksud ini tidak cukup kalau dia hanya membaca tentang keterampilan yang dibutuhkan. Meskipun demikian ada pegangan umum yang patut diikuti, meskipun orang itu seorang pembuat kue yang hebat. Demikian pula, dalam membuat definisi, ada syarat-syarat atau prosedur yang harus diikuti guna menghindari kesalahan-kesalahan yang biasa dilakukan. Dibawah ini diuraikan sejumlah syarat dalam membuat definisi yang baik.
a. Definisi harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
Hukum ini dimaksudkan untuk membantu orang untuk mengklarifikasikan tujuannya sebelum membuat definisinya atau mengkritik definisi orang lain. Untuk ini, biasanya diajukan pertanyaan : “apakah saya ingin menunjukkan konotasi dari kata ini (atau hanya melukiskan sebagian dari artinya)?” atau “apakah saya berhadapan dengan definisi atipulatif atatu definisi deskriptif?”
b. Definisi harus dimengerti oleh orang yang dituju
Ada dua alasan, pertama, definiens tidak boleh mengandung kata-kata yang tidak dimengerti (kepada pembaca/pendengar) seperti definiendum. Karena definiens memang dimaksudkan untuk menjelaskan arti definiendum, maka kata-kata yang digunakan haruslah yang dimengerti. Kedua, definiens tidak boleh menjadi bagian definiendum. Mendefinisikan setan sebagai “orang yang memilki kekuasaan setaniah” bukanlah definisi yang baik sebab yang muncul dalam definisi adalah kata setaniah yang sudah terdapat dalam definiendum (padahal kata itu yang inign di jelaskan).definisi ini di katakana definisi sekuler (melingkar). Kita sering mendegar orang mendefinisikan damai dengan “tidak adanya perang (absence of war)”.ini juga definisi sekuler,sebab damai dan perang merupakan kata kata korelatif.sebaiknya perang difinisikan tanpa menggunakan kata damai.tapi kalau orang medefinisikan perang dengan “terputusnya keadaan damai”,maka ini juga definisi sekuler juga sebab damai di sini juga berarti “tidak ada putusnya keadaan damai”.
c. Definisi dan definiendum harus ekuivalen (setara)
Yakni yang satu harus dapat digunakan mengganti yang lain. Konsekuensinya adalah bahwa definiens dan definiendum harus bisa dibolak balik atau dipertukarkan. Misalnya, manusia adalah hewan berakal budi harus bisa dibalik menjadi hewan berakal budi adalah manusia. Persyaratan ini biasanya dibagi menjadi dua syarat lagi, yakni pertama, definiendum tidak boleh lebih luas daripada definiens, dan kedua definendum tidak boleh lebih sempit dari definiens. Jadi kalau, orang mendefinisikan rumah dengan “bangunan yang terdiri dari tembok-tembok dan atap, dan digunakan untuk melindungi manusia.” maka ini bukan definisi yang baik karena bisa berlaku untuk gedung teater dan bioskop. Definisi ini cacat karena definiendum lebih sempit dari definiens. Kalau rumah didefinisikan dengan tanda kutip “struktur dengan batu bata yang digunakan oleh manusia sebagai tempat tinggal permanen” juga cacat karena tidak harus terbuat dari batu bata (bisa juga dari papan atau bahan lain). Masih ada syrata ketiga, yakni definiens tidak boleh dinyatakan secara metafor atau dengan bahasa figuratif. Misalnya, kesetiaan (loyalti) didefinisikan dengan “pijar lampu persahabatan”. Ini bukan definisi yang baik karena dalam definiens terdapat kata-kata metaforikal, sehingga orang tetap tidak mengerti apa artinya kesetiaan.
d. Definisi harus merupakan penjelasan arti definiendu, bukan hanya merupakan statement/pernyataan tentang apa yang disebutkan dalam definiendum
Syarat ini merupakan konsekuensi dari apa yang sudah dikatakan diatas yakni bahwa definisi merupakan penjelasan arti kata-kata.
e. Definisi tidak boleh negative, tapi harus dirumuskan secara positif
Misalnya logika bukan pengetahuan kepurbakalaan, atau gadis adalah bukan ibu atau, seperti contoh yang dikemukakan diatas, perang adalah bukan damai.
C. JENIS-JENIS DEFINISI
Secara garis besar jenis-jenis definisi mencakup atas tiga macam, yakni definisi nominalis, definisi realis, dan definisi praktis, yakni:
1. Definisi nominalis
Sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum dimengerti. Jadi, sekadar menjelaskan kata sebagai tanda, bukan menjelaskan hal yang ditandai. Definisi nominalis terutama dipakai pada permulaan sesuatu pembicaraan atau diskusi. Definisi nominalis ada 6 macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif.
Dalam membuat definisi nominalis ada 3 syarat yang perlu diperhatikan, yaitu: jika sesuatu kata hanya mempunyai sesuatu arti tertentu harus selalu diikuti menurut arti dan pengertiannya yang sangat biasa, jangan menggunakan kata untuk mendefinisikan jika tidak tahu artinya secara tepat jika arti sesuatu istilah menjadi objek pembicaraan maka harus tetap diakui oleh kedua pihak yang berdebat. Definisi nominalis terbagi atas beberapa macam yakni:
a. Definisi etimologis: memberikan penjelasan dengan menguraikan akar atau asal usul kata tersebut. Misalnya, reformasi berasal dari bahasa latin reformation. Kata reformation terdiri dari dua patah kata yakni re+formatio. Kata re berarti ulang atau kembali, formatio berarti pembentukan atau penataan. Jadi reformasi berarti upaya penataan kembali. Arti ini jauh lebih tepat dari pengertian yang sering kita dengar (yakni pembaruan). Bukankah penataan kembali tidak persis sama dengan pembaruan?
b. Definisi ensiklopedi: menjelaskan sebuah kata atau istilah dengan merujuk kepada kamus.
c. Sinonim: menjelaskan dengan menggunakan kata atau ungkapan lain yang sama artinya. Sinonim adalah kata yang sama artinya.
2. Definisi realis
Penjelasan tentang hal yang ditandai oleh sesuatu istilah. Jadi, bukan sekadar menjelaskan istilah, tetapi menjelaskan isi yang dikandung oleh suatu istilah. Definisi realis ada 2 macam sebagai berikut:
a. Definisi Esensial.
Definisi esensial, yakni penjelasan dengan cara menguraikan bagian-bagian dasar yang menyusun sesuatu hal, yang dapat dibedakan antrra definisi analitik dan definisi konotatif. Definisi analitik, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian sesuatu benda yang mewujudkan esensinya. Definisi konotatif, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan diferensia.
b. Definisi Deskriptif.
Definisi deskriptif, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat yang dimiliki oleh hal yang didefinisikan yang dibedakan atas dua hal, definisi aksidental dan definisi kausal. Definisi aksidental, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan jenis dari halnya dengan sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut, Definisi kausal, yakni penjelasan dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi atau terwujud. Hal ini berarti juga memaparkan asal mula atau perkembangan dari hal-hal yang ditunjuk oleh suatu term.
3. Definisi praktis
Penjelasan tentang sesuatu hal ditinjau dari segi kegunaan atau tujuan, yang dibedakan atas 3 macam, definisi operasional, definisi fungsional, dan definisi persuasif. Definisi operasional, yakni penjelasan suatu term dengan cara menegaskan langkah-langkah pengujian khusus yang harus dilaksanakan atau dengan metode pengukuran serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat diamati. Definisi fungsional, yakni penjelasan sesuatu hal dengan cara menunjukkan kegunaan atau tujuannya. Definisi persuasif, yakni penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain. Definisi persuasif pada hakikatnya merupakan alat untuk membujuk atau teknik untuk menganjurkan dilakukannya perbuatan tertentu.
D. DEFINISI DAN ILMU
Ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara tertentu, yakni dengan metode ilmiah. Jadi, ilmu adalah suatu pengetahuan yang punya batas. Dengan demikian, filsafat berbeda dengan psikologi atau sosiologi. Di pihak lain ilmu membutuhkan bahasa formal sehingga lebih skematis dan jelas, meskipun dengan demikian menjadi lebih abstrak. Formalisasi itu dilakukan antara lain melalui definisi. Jadi, definisi mempertegas dan meletakkan suatu ilmu pada posisi yang lebih kuat. Pola definisi pada semua ilmu tidak sama, tergantung pada hakikat ilmu yang bersangkutan.
Pada ilmu-ilmu alam, definisi mengacu pada metode matematis dengan tanda-tanda ideografisnya yang sudah universal. Definisi merupakan suatu kemutlakan pada ilmu-ilmu alam. Disitu dunia coba direduksi ke suatu kuantitas tertentu. Pola definisi ilmua alam berbeda dengan ilmu-ilmu sosial, karena pola seluk beluk hubungan dalam ilmu sosial lebih rumit dan tidak bisa direduksi kepada hal-hal yang lebih sederhana. Pada ilmu alam air didefinisikan dengan H2O. itu sebuah rumusan singkat, dan tepat mereduksi dunia air. Tapi bagi para ilmuan sosial, tidak mudah mendefinisikan, misalnya, apa itu hak asasi manusia, pelacuran, atau kenakaln remaja. Tidak pernah kenakalan remaja didefinisikan dalam bentuk rumusan matematis.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa definisi dalam berbagai bidang ilmu berbeda. Dalam ilmu-ilmu alam definisi dilakukan dengan metode matematis guna mencapai keabstrakan. Cara ini tidak dapat diterapkan pada bidang ilmu-ilmu sosial.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Definisi adalah salah satu perangkat dari bahasa ilmiah, yang merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah. Sebuah definisi memberikan batasan terhadap kata atau ungkapan, bukan memberikan batasan terhadap benda. Dengan demikian suatu kata menjadi jelas artinya, sehingga menghindarkan ambiguinitas arti (suatu hal yang sangat penting dalam pergaulan ilmiah)
Definisi mempunyai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Artinya, agar definisi bisa mencapai maksudnya (yakni memberi penjelasan tentang suatu kata dan agar dimengerti oleh pihak kedua), harus ada syarat-syarat dan pedoman dasar yang diikuti.
Sebagai pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah, ilmu apa saja membutuhkan definisi. Hanya saja, penerapan metode definisi pada tiap bidang ilmu berbeda satu dari yang lainnya.
B. SARAN
Perlu adanya sosialisasi akan pentingnya definisi dalam suatu diskusi maupun segala kegiatan yang mengandung komunikasi dua arah, agar konten pembicaraan dipahami kedua belah pihak dengan jernih.
DAFTAR PUSTAKA
Mas’ud Ibnu, Joko Paryono. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung : Pustaka Setia
http://anton070170.blog.friendster.com/
http://www.belajar-filsafat.com/2010/05/logika-8.html
www.fe.unpad.ac.id/.../BB079-31-05-2010-f9de3310510-DISTRIBUSI_FREKUENSI.pdf
http://www.g-excess.com/id/pengertian-definisi.html
http://mardhiyanti.blogspot.com/2010/01/definisi-pengertian-keputusan-dan.html
sap.gunadarma.ac.id/upload/IT-051205.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketika melakukan penelusuran di dunia maya, ada artikel yang cukup menarik bagi penulis. Artikel tersebut perihal makna definisi, yang ternyata memiliki fungsi dan manfaat besar bagi kehidupan kita sehari-hari. Berawal dari istilah dan pengolahannya, mungkin dalam hati Anda semua bertanya, kenapa istilah itu harus diolah sedemikian rupa? Ini memang benar bahwa istilah juga perlu diolah dengan baik layaknya memasak nasi. Sebab, kalau menurut hemat saya, dunia filsafat ataupun dunia ilmu, bertumpu pada pengolahan istilah yang semakin lama semakin kompleks pengertiannya.
Misalnya saja, kata globe (dunia) dalam bahasa Inggris mendapatkan pengertian yang sangat kompleks ketika berubah menjadi istilah globalization (mendunia atau globalisasi). Bagi yang faham benar dengan pengertian istilah tersebut, pastilah ia akan memahami kompleksitas pengertiannya. Sebab, ini bukan hanya menyangkut pada semakin banyaknya orang yang berkunjung antar negara, tetapi juga berhubungan dengan kasus penyelundupan obat-obatan terlarang, masalah perusahaan multinasional, hubungan diplomatik, ataupun kompetisi internasional di bidang pendidikan, tenaga profesional, hingga teknologi militer.
Globalisasi mengandaikan semuanya itu dan juga soal-soal yang tidak saya sebutkan. Kita tidak dapat mereduksi atau memangkas pengertian istilah ini sebagai sesuatu yang sederhana seperti terkandung dalam pengertian "mendunia". Oleh karenanya, menjadi penting bila suatu istilah itu dipahami dengan baik. Supaya istilah ini dipahami dengan baik, kita harus mengolahnya dengan baik pula.
Pengolahan istilah yang baik sebenarnya dilaksanakan dengan cara "membatasi pengertiannya". Atau, nama lain untuk pembatasan pengertian suatu istilah tiada lain daripada yang disebut definition (definisi). Dalam logika, pemberian definisi suatu istilah dipenuhi oleh dua unsur, yaitu definiendum (istilah yang hendak dibatasi pengertiannya) dan definiens (uraian tentang batasan untuk istilah yang dimaksud).
Berangkat dari hal tersebut maka penulis hendak membahas perihal makna pembatasan dalam definisi, ruang lingkup definisi, serta hal-hal yang terkait didalamnya.
B. PEMBATASAN MASALAH
Guna memfokuskan makalah ini, maka kami membatasi pembahasan hanya seputar definisi dan ruang lingkupnya. Termasuk didalamnya jenis, hukum, dan hal lain yang terkait langsung.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana yang dimaksud dengan definisi?
2. Bagaimana hukum-hukum definisi?
3. Bagaimana jenis-jenis definisi?
4. Bagaimana kaitan definisi dengan ilmu?
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan definisi
2. Untuk mengetahui hukum-hukum definisi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis definisi
4. Untuk mengetahui kaitan definisi dengan ilmu
E. MANFAAT PENELITIAN
Menyediakan bahan bacaan bermanfaat bagi para pembaca akan pentingnya pemahaman mengenai definisi. Sehingga tidak terjadi kerancuan dalm berpikir dan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
F. METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah tinjauan pustaka melalui internet dan buku bacaan. Hal ini dilakukan karena mencakup bahan yang up date dan mudah diakses oleh masyarakat luas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI DARI DEFINISI
Dalam proses pembicaraan atau membaca, tidak jarang orang bertemu dengan kata-kata yang artinya tidak menjadi jelas melalui konteksnya. Untuk memahami artinya diperlukan definisi sehingga salah satu tujuan definisi adalah menambah perbendaharaan bahasa bagi orang yang tidak tahu tersebut.
Tujuan berikutnya dari definisi adalah untuk menghapus kedwiartian kata, khususnya kata-kata kunci, agar tukar pikiran tidak menjurus pada kesalahan berpikir dak tidak sekadar bersifat verbal. Di lain kesempatan, kita mungkin sedikit tahu arti kata, tetapi tidak pasti batas-batas penerapannya. Karena hal tersebut maka definisi perlu dibuat. Tidak jarang suatu masalah tidak kunjung diselesaikan sebab pihak-pihak yang bermasalah menggunakan satu kata dengan penafsiran yang berbeda-beda.
Definisi berasal dari kata latin: definire, yang berarti: menandai batas-batas pada sesuatu, menentukan batas, memberi ketentuan atau batasan arti. Jika tidak demikian, orang akan gampang berbicara secara liar ‘ke utara-ke selatan’ dan di luar masalah. Definisi adalah suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasanya lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian suatu hal. Ada berbagai jenis definisi, salah satunya yang umum adalah definisi perkataan dalam kamus (lexical definition).
Definisi merupakan unsur atau bagian dari ilmu pengetahuan yang merumuskan dengan singkat dan tepat mengenai objek atau masalah. Definisi sangat penting bagi seseorang yang menginginkan sanggup berpikir dengan baik. Pernyataan sebagai suatu bentuk definisi harus terdiri atas dua bagian, yaitu definiendum dan definiens, dua bagian ini harus ada jika tidak bukanlah suatu definisi. Definisi atau batasan arti banyak macamnya, yang disesuaikan dengan berbagai langkah, lingkungan, sifat, dan tujuannya.
Dalam logika, pemberian definisi suatu istilah dipenuhi oleh dua unsur, yaitu definiendum (istilah yang hendak dibatasi pengertiannya) dan definiens (uraian tentang batasan untuk istilah yang dimaksud). Selain dua unsur yang telah disebutkan, suatu definisi harus memenuhi syarat-syarat seperti terurai di bawah ini.
1. Suatu definisi tidak boleh lebih atau kurang daripada pengertian dasar istilah yang didefinisikan. Misalnya: Manusia adalah hewan. Definisi istilah manusia ini menjadi salah karena pengertian hewan melebihi pengertian manusia. Sebab, kata hewan dipakai juga untuk menyebut jenis yang lainnya dan bukan hanya manusia.
2. Definisi tidak boleh dinyatakan dalam bahasa yang samar-samar.
Misalnya: Anjing adalah yang berkaki empat. Definisi istilah anjing di atas masih terlalu samar pengertiannya dan dapat tertukar dengan pengertian kucing atau kuda yang sama-sama memiliki empat kaki.
3. Definisi tidak boleh diberi istilah yang didefinisikan atau sinonimnya.
Misalnya: Binatang adalah hewan. Istilah binatang merupakan kata lain yang sepadan (atau sinonim) untuk istilah hewan. Jadi, tidak dapat digunakan untuk membuat pengertian batasan yang dibutuhkan untuk istilah binatang.
4. Definisi tidak boleh dinyatakan dalam bentuk negatif apabila masih mungkin dinyatakan dalam bentuk positif. Misalnya: Salah adalah tidak benar.
5. Dalam definisi istilah salah, pengertian tidak benar merupakan pengertian yang tidak menjelaskan pengertian salah itu sendiri. Kita sudah mengetahui bila salah akan berarti tidak benar. Jadi, definisi ini merupakan suatu definisi yang buruk karena tidak memberikan pengertian yang baik tentang istilah salah.
Selain syarat-syarat diatas ada pula syarat yang merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan supaya definisi yang dirumuskan itu baik dan betul-betul mengungkapkan pengertian yang didefinisikan secara jelas dan mudah dimengerti. Syarat-syarat definisi secara umum dan sederhana ada lima syarat, definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari apa yang didefinisikan, definisi harus merupakan suatu kesetaraan arti hal yang didefinisikan dengan yang untuk mendefinisikan, definisi harus menghindarkan pernyataan yang memuat istilah yang didefinisikan, definisi sedapat mungkin harus dinyatakan dalam bentuk rumusan yang positif, definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas dari rumusan yang kabur atau bahasa kiasan.
Socrates menganggap definisi sebagai persyaratan untuk memilki pengetahuan yang sempurna. Definisi, menurut Socrates, adalah penjelasan tentang sesuatu. Dalam buku Theaetetus, dapat kit abaca dialog antara Socrates dan Theaetetus tentang definisi. Berikut cuplikannya :
“ Bila orang menyatakan pendapat yang benar tentang sesuatu tanpa definisi, engkau boleh mengatakan bahwa otaknya betul-betul pintar, tapi tak punya pengetahuan. Karena orang yang tak dapat member dan menerima definisi tentang sesuatu tidak punya pengetahuan tentang benda itu. Tapi kalau dia menambahkan definisi, saya bisa saja menolaknya tapi pengetahuannya sempurna. Theaetetus bertanya : dapatkah guru memberi contoh tentang definisi? Socrates menjawab : misalnya, tentang matahari, saya kira engkau perlu bahwa matahari adalah benda yang paling terang diantara benda-benda angkasayang beredar mengelilingi bumi. Theaetetus berkata: tentu. Socrates berkata lagi: camkanlah mengapa saya mengatakan hal ini. Alasannya, ialah, seperti yang saya katakan, bahwa jika engkau tahu perbedaan dan cirri pembeda setiap benda, maka seperti biasa dikatakan orang, engkau sampai pada definisi atau penjelasan tentang benda itu. Kalau engkau hanya tahu suatu yang umum saja dan bukannya cirri, engkau hanya tahu definisi benda-benda yang memiliki sifat-sifat umum itu.”
Confusius, dalam Lum-yu (analek Confusian), juga mengingatkan kepada Tzu-lu, muridnya, tentang pentingnya “meluruskan nama-nama”. Ungkapan ini sama dengan definisi. Cuplikan dialog antara Confusius dan Tzu-lu adalah sebagai berikut:
Tzu-lu berkata : “Penguasa Wei sudah menantimu, agar Anda mengurus pemerintahan bersama dia. Tugas mana menurut Anda yang terpenting? Sang guru menjawab: meluruskan nama-nama. Tzu-lu berkata: kalau begitu baiklah. Anda memang bijaksana. Tetapi mengapa harus meluruskan nama? Sang guru menjawab: kamu sangat tidak terdidik, Yu. Orang berkarakter mulia, jika dia tidak tahu apa-apa, harus berhati-hati. Jika nama tidak benar, ucapan tidak sesuai dengan kebenaran benda-benda. Jika ucapan tidak sesuai dengan kebenaran benda-benda, tugas tak dapat dijalankan dengan sukses.”
B. HUKUM DEFINISI
Membuat definisi itu ibarat membuat roti: keterampilan pembuatnya terdiri dari memanfaatkan sedapat mungkin bahan-bahan yang ada. Untuk maksud ini tidak cukup kalau dia hanya membaca tentang keterampilan yang dibutuhkan. Meskipun demikian ada pegangan umum yang patut diikuti, meskipun orang itu seorang pembuat kue yang hebat. Demikian pula, dalam membuat definisi, ada syarat-syarat atau prosedur yang harus diikuti guna menghindari kesalahan-kesalahan yang biasa dilakukan. Dibawah ini diuraikan sejumlah syarat dalam membuat definisi yang baik.
a. Definisi harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
Hukum ini dimaksudkan untuk membantu orang untuk mengklarifikasikan tujuannya sebelum membuat definisinya atau mengkritik definisi orang lain. Untuk ini, biasanya diajukan pertanyaan : “apakah saya ingin menunjukkan konotasi dari kata ini (atau hanya melukiskan sebagian dari artinya)?” atau “apakah saya berhadapan dengan definisi atipulatif atatu definisi deskriptif?”
b. Definisi harus dimengerti oleh orang yang dituju
Ada dua alasan, pertama, definiens tidak boleh mengandung kata-kata yang tidak dimengerti (kepada pembaca/pendengar) seperti definiendum. Karena definiens memang dimaksudkan untuk menjelaskan arti definiendum, maka kata-kata yang digunakan haruslah yang dimengerti. Kedua, definiens tidak boleh menjadi bagian definiendum. Mendefinisikan setan sebagai “orang yang memilki kekuasaan setaniah” bukanlah definisi yang baik sebab yang muncul dalam definisi adalah kata setaniah yang sudah terdapat dalam definiendum (padahal kata itu yang inign di jelaskan).definisi ini di katakana definisi sekuler (melingkar). Kita sering mendegar orang mendefinisikan damai dengan “tidak adanya perang (absence of war)”.ini juga definisi sekuler,sebab damai dan perang merupakan kata kata korelatif.sebaiknya perang difinisikan tanpa menggunakan kata damai.tapi kalau orang medefinisikan perang dengan “terputusnya keadaan damai”,maka ini juga definisi sekuler juga sebab damai di sini juga berarti “tidak ada putusnya keadaan damai”.
c. Definisi dan definiendum harus ekuivalen (setara)
Yakni yang satu harus dapat digunakan mengganti yang lain. Konsekuensinya adalah bahwa definiens dan definiendum harus bisa dibolak balik atau dipertukarkan. Misalnya, manusia adalah hewan berakal budi harus bisa dibalik menjadi hewan berakal budi adalah manusia. Persyaratan ini biasanya dibagi menjadi dua syarat lagi, yakni pertama, definiendum tidak boleh lebih luas daripada definiens, dan kedua definendum tidak boleh lebih sempit dari definiens. Jadi kalau, orang mendefinisikan rumah dengan “bangunan yang terdiri dari tembok-tembok dan atap, dan digunakan untuk melindungi manusia.” maka ini bukan definisi yang baik karena bisa berlaku untuk gedung teater dan bioskop. Definisi ini cacat karena definiendum lebih sempit dari definiens. Kalau rumah didefinisikan dengan tanda kutip “struktur dengan batu bata yang digunakan oleh manusia sebagai tempat tinggal permanen” juga cacat karena tidak harus terbuat dari batu bata (bisa juga dari papan atau bahan lain). Masih ada syrata ketiga, yakni definiens tidak boleh dinyatakan secara metafor atau dengan bahasa figuratif. Misalnya, kesetiaan (loyalti) didefinisikan dengan “pijar lampu persahabatan”. Ini bukan definisi yang baik karena dalam definiens terdapat kata-kata metaforikal, sehingga orang tetap tidak mengerti apa artinya kesetiaan.
d. Definisi harus merupakan penjelasan arti definiendu, bukan hanya merupakan statement/pernyataan tentang apa yang disebutkan dalam definiendum
Syarat ini merupakan konsekuensi dari apa yang sudah dikatakan diatas yakni bahwa definisi merupakan penjelasan arti kata-kata.
e. Definisi tidak boleh negative, tapi harus dirumuskan secara positif
Misalnya logika bukan pengetahuan kepurbakalaan, atau gadis adalah bukan ibu atau, seperti contoh yang dikemukakan diatas, perang adalah bukan damai.
C. JENIS-JENIS DEFINISI
Secara garis besar jenis-jenis definisi mencakup atas tiga macam, yakni definisi nominalis, definisi realis, dan definisi praktis, yakni:
1. Definisi nominalis
Sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum dimengerti. Jadi, sekadar menjelaskan kata sebagai tanda, bukan menjelaskan hal yang ditandai. Definisi nominalis terutama dipakai pada permulaan sesuatu pembicaraan atau diskusi. Definisi nominalis ada 6 macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif.
Dalam membuat definisi nominalis ada 3 syarat yang perlu diperhatikan, yaitu: jika sesuatu kata hanya mempunyai sesuatu arti tertentu harus selalu diikuti menurut arti dan pengertiannya yang sangat biasa, jangan menggunakan kata untuk mendefinisikan jika tidak tahu artinya secara tepat jika arti sesuatu istilah menjadi objek pembicaraan maka harus tetap diakui oleh kedua pihak yang berdebat. Definisi nominalis terbagi atas beberapa macam yakni:
a. Definisi etimologis: memberikan penjelasan dengan menguraikan akar atau asal usul kata tersebut. Misalnya, reformasi berasal dari bahasa latin reformation. Kata reformation terdiri dari dua patah kata yakni re+formatio. Kata re berarti ulang atau kembali, formatio berarti pembentukan atau penataan. Jadi reformasi berarti upaya penataan kembali. Arti ini jauh lebih tepat dari pengertian yang sering kita dengar (yakni pembaruan). Bukankah penataan kembali tidak persis sama dengan pembaruan?
b. Definisi ensiklopedi: menjelaskan sebuah kata atau istilah dengan merujuk kepada kamus.
c. Sinonim: menjelaskan dengan menggunakan kata atau ungkapan lain yang sama artinya. Sinonim adalah kata yang sama artinya.
2. Definisi realis
Penjelasan tentang hal yang ditandai oleh sesuatu istilah. Jadi, bukan sekadar menjelaskan istilah, tetapi menjelaskan isi yang dikandung oleh suatu istilah. Definisi realis ada 2 macam sebagai berikut:
a. Definisi Esensial.
Definisi esensial, yakni penjelasan dengan cara menguraikan bagian-bagian dasar yang menyusun sesuatu hal, yang dapat dibedakan antrra definisi analitik dan definisi konotatif. Definisi analitik, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian sesuatu benda yang mewujudkan esensinya. Definisi konotatif, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan diferensia.
b. Definisi Deskriptif.
Definisi deskriptif, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat yang dimiliki oleh hal yang didefinisikan yang dibedakan atas dua hal, definisi aksidental dan definisi kausal. Definisi aksidental, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan jenis dari halnya dengan sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut, Definisi kausal, yakni penjelasan dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi atau terwujud. Hal ini berarti juga memaparkan asal mula atau perkembangan dari hal-hal yang ditunjuk oleh suatu term.
3. Definisi praktis
Penjelasan tentang sesuatu hal ditinjau dari segi kegunaan atau tujuan, yang dibedakan atas 3 macam, definisi operasional, definisi fungsional, dan definisi persuasif. Definisi operasional, yakni penjelasan suatu term dengan cara menegaskan langkah-langkah pengujian khusus yang harus dilaksanakan atau dengan metode pengukuran serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat diamati. Definisi fungsional, yakni penjelasan sesuatu hal dengan cara menunjukkan kegunaan atau tujuannya. Definisi persuasif, yakni penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain. Definisi persuasif pada hakikatnya merupakan alat untuk membujuk atau teknik untuk menganjurkan dilakukannya perbuatan tertentu.
D. DEFINISI DAN ILMU
Ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara tertentu, yakni dengan metode ilmiah. Jadi, ilmu adalah suatu pengetahuan yang punya batas. Dengan demikian, filsafat berbeda dengan psikologi atau sosiologi. Di pihak lain ilmu membutuhkan bahasa formal sehingga lebih skematis dan jelas, meskipun dengan demikian menjadi lebih abstrak. Formalisasi itu dilakukan antara lain melalui definisi. Jadi, definisi mempertegas dan meletakkan suatu ilmu pada posisi yang lebih kuat. Pola definisi pada semua ilmu tidak sama, tergantung pada hakikat ilmu yang bersangkutan.
Pada ilmu-ilmu alam, definisi mengacu pada metode matematis dengan tanda-tanda ideografisnya yang sudah universal. Definisi merupakan suatu kemutlakan pada ilmu-ilmu alam. Disitu dunia coba direduksi ke suatu kuantitas tertentu. Pola definisi ilmua alam berbeda dengan ilmu-ilmu sosial, karena pola seluk beluk hubungan dalam ilmu sosial lebih rumit dan tidak bisa direduksi kepada hal-hal yang lebih sederhana. Pada ilmu alam air didefinisikan dengan H2O. itu sebuah rumusan singkat, dan tepat mereduksi dunia air. Tapi bagi para ilmuan sosial, tidak mudah mendefinisikan, misalnya, apa itu hak asasi manusia, pelacuran, atau kenakaln remaja. Tidak pernah kenakalan remaja didefinisikan dalam bentuk rumusan matematis.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa definisi dalam berbagai bidang ilmu berbeda. Dalam ilmu-ilmu alam definisi dilakukan dengan metode matematis guna mencapai keabstrakan. Cara ini tidak dapat diterapkan pada bidang ilmu-ilmu sosial.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Definisi adalah salah satu perangkat dari bahasa ilmiah, yang merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah. Sebuah definisi memberikan batasan terhadap kata atau ungkapan, bukan memberikan batasan terhadap benda. Dengan demikian suatu kata menjadi jelas artinya, sehingga menghindarkan ambiguinitas arti (suatu hal yang sangat penting dalam pergaulan ilmiah)
Definisi mempunyai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Artinya, agar definisi bisa mencapai maksudnya (yakni memberi penjelasan tentang suatu kata dan agar dimengerti oleh pihak kedua), harus ada syarat-syarat dan pedoman dasar yang diikuti.
Sebagai pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah, ilmu apa saja membutuhkan definisi. Hanya saja, penerapan metode definisi pada tiap bidang ilmu berbeda satu dari yang lainnya.
B. SARAN
Perlu adanya sosialisasi akan pentingnya definisi dalam suatu diskusi maupun segala kegiatan yang mengandung komunikasi dua arah, agar konten pembicaraan dipahami kedua belah pihak dengan jernih.
DAFTAR PUSTAKA
Mas’ud Ibnu, Joko Paryono. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung : Pustaka Setia
http://anton070170.blog.friendster.com/
http://www.belajar-filsafat.com/2010/05/logika-8.html
www.fe.unpad.ac.id/.../BB079-31-05-2010-f9de3310510-DISTRIBUSI_FREKUENSI.pdf
http://www.g-excess.com/id/pengertian-definisi.html
http://mardhiyanti.blogspot.com/2010/01/definisi-pengertian-keputusan-dan.html
sap.gunadarma.ac.id/upload/IT-051205.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar