Laman

Minggu, 12 Desember 2010

Perkembangan Bahasa Indonesia Dari Tahun Ke Tahun

·    Tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu.
·    Tahun 1908 pemerintah Belanda mendirikan badan penerbit buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1017 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
·    Tahun 1909 bahasa Melayu sebagai asal mula kemajuan bangsa.
·    Tahun 1913 berbicara dan menulis dalam bahasa Melayu.
·    Tahun 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertama kalinya dalam sidang Volkraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
·    Tahun 1928 pemuda bangsa Indonesia mengikrarkan kebulatan tekad untuk menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia dan secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia
·    Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
·    Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia
·    Tahun 1938 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
·    Tahun 1939 Lie Kim Hok, penulis Tionghoa pertama yang mempergunakan gaya barat yang mengakibatkan suatu perombakan dalam sastra Melayu.
·    Tahun 1945 ditanda tangani UUD 1945, yang salah satunya (pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
·    Tahun 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuisen yang berlaku sebelumnya.
·    Tahun 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
·    Tahun 1955 Nio Joe Lan mengumumkan sebuah karangan yang berjudul Perkembangan dan Berachirnja Bahasa Melajoe Tionghoa.
·    Tahun 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No.57 tahun 1972.
·    Tahun 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Resmi yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
·    Tahun 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
·    Tahun 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, sehingga dapat tercapai semaksimal mungkin.
·    Tahun 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh sekitar 700 pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditanda tangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pecinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
·    Tahun 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
·    Tahun 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
·    Tahun 2004 dewan bahasa dan pustaka (Malaysia) dan Majelis Bahasa Brunei Darussalam – Indonesia – Malaysia (MABBIM) berencana menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dalam organisasi ASEAN, dengan memandang lebih separuh jumlah penduduk ASEAN mampu bertutur dalam bahasa Melayu. Rencana ini belum terealisasikan, tetapi ASEAN sekarang selalu membuat dokumen asli dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan ke dalam bahasa resmi masing-masing negara anggotanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar