Laman

Selasa, 29 Maret 2011

Politik Dan Hukum

BAB I
PENDAHULUAN   
A.    Latar Belakang
Law is a command of the Lawgiver (hukum adalah perintah dari penguasa), dalam arti perintah dari mereka yang memiliki kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan. Demikian John Austin, seperti dikutip oleh Prof Lili Rasyidi. Perdebatan mengenai hubungan hukum dan politik memiliki akar sejarah panjang dalam ilmu hukum. 

Bagi kalangan penganut aliran positivisme hukum seperti John Austin, hukum adalah tidak lain dari produk politik atau kekuasaan. Pada sisi lain, pandangan berbeda datang dari kalangan aliran sejarah dalam ilmu hukum, yang melihat hukum tidak dari dogmatika hukum dan undang-undang semata, akan tetapi dari kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat dan berpandangan bahwa hukum itu tergantung pada penerimaan umum dalam masyarakat dan setiap kelompok menciptakan hukum yang hidup.

Memperhatikan perkembangan sistem hukum Indonesia, kita akan melihat adanya ciri-ciri yang spesifik dan menarik untuk dikaji. Sebelum pengaruh hukum dari penjajahan Belanda di Indonesia berlaku hukum adat dan hukum Islam yang berbeda-beda dari berbagai masyarakat adat di Indonesia dari setiap kerajaan dan etnik yang berbeda. Setelah masuk penjajah Belanda membawa hukumnya sendiri yang sebagian besarnya merupakan konkordansi dengan hukum yang berlaku di Belanda yaitu hukum tertulis dan perundang-undangan yang bercorak positivis. Walaupun demikian Belanda menganut politik hukum adat (adatrechtpolitiek), yaitu membiarkan hukum adat itu berlaku bagi golongan masyarakat Indonesia asli dan hukum Eropa berlaku bagi kalangan golongan Eropa yang bertempat tinggal di Indonesia (Hindia Belanda). Dengan demikian pada masa Hindia Belanda berlaku pluralisme hukum. Perkembangan hukum di Indonesia menunjukkan kuatnya pengaruh hukum kolonial dan meninggalkan hukum adat. (baca Daniel S. Lev, 1990 : 438-473).

Karena itu, dalam melihat persoalan hukum di Indonesia harus dipandang dari kenyataan sejarah dan perkembangan hukum Indonesia itu sendiri. Pada saat sekarang ini terdapat perbedaan cara pandang terhadap hukum diantara kelompok masyarakat Indonesia. Berbagai ketidakpuasan atas penegakkan hukum dan penanganan berbagai persoalan hukum bersumber dari cara pandang yang tidak sama tentang apa yang dimaksud hukum dan apa yang menjadi sumber hukum. Lebih jauh ditengah masyarakat kita seringkali berkembang isu akan adanya kepentingan politik dibalik penyalahgunaan hukum ini. Berbagai kesimpang-siuran inilah yang menjadi perhatian penulis dalam makalah ini. Diharapkan tulisan ini memberi sedikit gambaran dasar perihal politik dan hukum dalam posisinya pada Sistem Hukum Indonesia.

B.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah yang dimaksud dengan hukum?
2.    Bagaimanakah yang dimaksud dengan politik?
3.    Bagamanakah keterkaitan antara hukum dan politik?
4.    Bagaimanakah keterkaitan hukum dan politik dalam sistem hukum Indonesia?

C.    Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hukum
2.    Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan politik
3.    Untuk mengetahui keterkaitan antara hukum dan politik
4.    Untuk mengetahui hukum dan politik dalam Sistem Hukum Indonesia

D.    Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode kajian pustaka berupa browsing di dunia maya, mengumpulkan data, menganalisa, mereduksi (untuk mempertahankan konsentrasi utama tulisan), dan menyimpulkannya dengan bahasa yang sederhana.

E.    Manfaat Penulisan
Tulisan ini hadir berangkat dari kekhawatiran penulis sebagai mahasiswa jurusan ilmu politik yang masih belum memahami wawasan Sistem Hukum Indonesia dalam kaitannya dengan perpolitikan akhir-akhir ini. Dan diharapkan tulisan ini dapat menjadi literatur sederhana untuk memperkenalkan mata kuliah Sistem Hukum Indonesia terhadap mahasiswa jurusan ilmu politik.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
1.    Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan rangkaian kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer. Filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada dibandingkan dengan peraturan tirani yang merajalela."

2.    Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.

Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
·    politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
·    politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
·    politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
·    politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.

Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.

B.    Keterkaitan antara hukum dan politik
Menurut Daniel S. Lev, yang paling menentukan dalam proses hukum adalah konsepsi dan struktur kekuasaan politik. Yaitu bahwa hukum sedikit banyak selalu merupakan alat politik, dan bahwa tempat hukum dalam negara, tergangtung pada keseimbangan politik, defenisi kekuasaan, evolusi idiologi politik, ekonomi, sosial, dan seterusnya (Daniel S. Lev, 1990 : xii).

Walaupun kemudian proses hukum yang dimaksud tersebut di atas tidak diidentikan dengan maksud pembentukan hukum, namun dalam prateknya seringkali proses dan dinamika pembentukan hukum mengalami hal yang sama, yakni konsepsi dan struktur kekuasaan politiklah yang berlaku di tengah masyarakat yang sangat menentukan terbentuknya suatu produk hukum. Maka untuk memahami hubungan antara politik dan hukum di negara mana pun, perlu dipelajari latar belakang kebudayaan, ekonomi, kekuatan politik di dalam masyarakat, keadaan lembaga negara, dan struktur sosialnya, selain institusi hukumnya sendiri.

Pengertian hukum yang memadai seharusnya tidak hanya memandang hukum itu sebagai suatu perangkat kaidah dan azas-azas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi harus pula mencakup lembaga (institutions) dan proses (process) yang diperlukan untuk mewujudkan hukum dalam kenyataan (Lihat Mieke Komar at. al, 2002 : 91).

Dari kenyataan ini disadari, adanya suatu ruang yang absah bagi masuknya suatu proses politik melalui wadah institusi politik untuk terbentuknya suatu produk hukum. Sehubungan dengan itu, ada dua kata kunci yang akan diteliti lebih jauh tentang pengaruh kekuasaan dalam hukum yakni mencakup kata “process” dan kata “institutions,” dalam mewujudkan suatu peraturan perundang-undangan sebagai produk politik. Pengaruh itu akan semakin nampak pada produk peraturan perundang-undang oleh suatu institusi politik yang sangat dpengarhi oleh kekuata-kekuatan politik yang besar dalam institusi politik. Sehubungan dengan masalah ini, 

Miriam Budiarjo berpendapat bahwa kekuasaan politik diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya, sesuai dengan pemegang kekuasaan (M.Kusnadi, SH., 2000 : 118). Dalam proses pembentukan peraturan hukum oleh institusi politik peranan kekuatan politik yang duduk dalam institusi politik itu adalah sangat menentukan. Institusi politik secara resmi diberikan otoritas untuk membentuk hukum hanyalah sebuah institusi yang vacum tanpa diisi oleh mereka diberikan kewenangan untuk itu. karena itu institusi politik hanya alat belaka dari kelompok pemegang kekuasaan politik. Kekuatan- kekuatan politik dapat dilihat dari dua sisi yakni sisi kekuasaan yang dimiliki oleh kekuatan politik formal (institusi politik) dalam hal ini yang tercermin dalam struktur kekuasaan lembaga negara, seperti Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat dan lembaga-lembaga negara lainnya dan sisi kekuatan politik dari infrastruktur politik adalah seperti: partai politik, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi profesi dan lain-lain. Dengan demikian dapatlah disimpilkan bahwa pembentukan produk hukum adalah lahir dari pengaruh kekuatan politik melalui proses politik dalam institusi negara yang diberikan otoritas untuk itu.

Seperti telah diuraikan dalam bagian terdahulu bahwa teori-teori hukum yang berpengaruh kuat terhadap konsep-konsep dan implementasi kehidupan hukum di Indonesia adalah teori hukum positivisme. Pengaruh teori ini dapat dilihat dari dominannya konsep kodifikasi hukum dalam berbagai jenis hukum yang berlaku di Indonesia bahkan telah merambat ke sistem hukum internasional dan tradisional (Lili Rasjidi, SH., 2003 : 181). Demikian pula dalam praktek hukum pun di tengah masyarakat, pengaruh aliran poisitvis adalah sangat dominan. Apa yang disebut hukum selalu dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan, di luar itu, dianggap bukan hukum dan tidak dapat dipergunakan sebagai dasar hukum. Nilai-nilai dan norma di luar undang-undang hanya dapat diakui apabila dimungkinkan oleh undang-undang dan hanya untuk mengisi kekosongan peraturan perundang-undang yang tidak atau belum mengatur masalah tersebut.

Pengaruh kekuatan-kekuatan politik dalam membentuk hukum dibatasi ruang geraknya dengan berlakunya sistem konstitusional berdasarkan checks and balances, seperti yang dianut Undang-Undang dasar 1945 (UUD 1945) setelah perubahan. Jika diteliti lebih dalam materi perubahan UUD 1945 mengenai penyelenggaraan kekuasaan negara adalah mempertegas kekuasaan dan wewenang masing-masing lembaga-lembaga negara, mempertegas batas-batas kekuasaan setiap lembaga negara dan menempatkannya berdasarkan fungsi-fungsi penyelenggaraan negara bagi setiap lembaga negara. Sistem yang demikian disebut sistem “checks and balances”, yaitu pembatasan kekuasaan setiap lembaga negara oleh undang-undang dasar, tidak ada yang tertinggi dan tidak ada yang rendah, semuanya sama di atur berdasarkan fungsi-fungsi masing-masing.

Dengan sistem yang demikian, memberikan kesempatan kepada setiap warga negara yang merasa dirugikan hak konstitusionalnya oleh produk politik dari instutusi politik pembentuk hukum untuk mengajukan gugatan terhadap institusi negara tersebut. Dalam hal pelanggaran tersebut dilakukan melalui pembentukan undang-undang maka dapat diajukan keberatan kepada Mahkmah Konstitusi dan dalam hal segala produk hukum dari institusi politik lainnya dibawah undang-undang diajukan kepada Mahkamah Agung.

C.    Hukum dan politik dalam Sistem Hukum Indonesia
Secara umum telah banyak teori yang menerangkan perihal sumber sistem hukum yang kini diterapkan di Indonesia. Seperti hukum adat. Kebudayaan ini berlangsung sebelum kedatangan kebudayaan India (Hindu). Selanjutnya Indonesia memasuki masa pengaruh kebudayaan Hindu. Pada abad ke-13 sampai ke-14 masuk pengaruh Islam, dan hukum Islam berkembang dan memperkaya sistem hukum yang ada di Indonesia. Baru pada abad ke-17 masuk kebudayaan Eropa-Amerika. Jika hukum adat yang ada di Indonesia, dihubungkan dengan corak dasar kedua sistem hukum yang paling berpengaruh (Eropah Kontionental dan Anglo Saxon), cenderung lebih dekat dengan sistem Anglo Saxon. Hukum adat terbangun dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam menghadapi situasi dan kondisi tertentu, yang kemudian oleh masyarakat ditempatkan lebih dari sekadar norma kesopanan atau kesusilaan menjadi norma hukum (opinio juris sive necessitatis). Pada masa kolonial Belanda, dengan penerapan asas konkordansi, maka hukum yang berlaku di Hindia Belanda sejalan dengan hukum yang berlaku di Belanda. Belanda merupakan salah satu pendukung terkemuka sistem hukum Eropah Kontinental.Setelah kemerdekaan, pengaruh Sistem Eropah Kontinental tampak dalam semangat untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi.Sistem hukum di Indonesia dewasa ini adalah sistem hukum yang unik, sistem hukum yang dibangun dari proses penemuan, pengembangan, adaptasi, bahkan kompromi dari beberapa sistem yang telah ada.

 Untuk memahami lebih jauh tentang mekanisme pembentukan hukum di Indonesia, perlu dipahami sistem politik yang dianut. Sistem politik mencerminkan bagaimana kekuasaan negara dijalankan oleh lembaga-lembaga negara dan bagaimana mekanisme pengisian jabatan dalam lembaga-lembaga negara itu dilakukan. Inilah dua hal penting dalam mengenai sistem politik yang terkait dengan pembentukan hukum.

Beberapa prinsip penting dalam sistem politik Indonesia yang terkait dengan uraian ini adalah sistem yang berdasarkan prinsip negara hukum, prinsip konstitusional serta prinsip demokrasi. Ketiga prinsip ini saling terkait dan saling mendukung, kehilangan salah satu prinsip saja akan mengakibatkan pincangnya sistem politik ideal yang dianut. Prinsip negara hukum mengandung tiga unsur utama, yaitu pemisahan kekuasaan  - check and balances - prinsip due process of law, jaminan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan jaminan serta perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Prinsip konstitusional mengharuskan setiap lembaga-lembaga negara pelaksana kekuasaan negara bergerak hanya dalam koridor yang diatur konstitusi dan berdasarkan amanat yang diberikan konstitusi.

Dengan prinsip demokrasi partisipasi publik/rakyat berjalan dengan baik dalam segala bidang, baik pada proses pengisian jabatan-jabatan dalam struktur politik, maupun dalam proses penentuan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh berbagai struktur politik itu. Karena itu demokrasi juga membutuhkan transparansi (keterbukaan informasi), jaminan kebebasan dan hak-hak sipil, saling menghormati dan menghargai serta ketaatan atas aturan dan mekanisme yang disepakati bersama.

Dengan sistem politik yang demikianlah berbagai produk politik yang berupa kebijakan politik dan peraturan perundang-undangan dilahirkan. Dalam kerangka paradigmatik yang demikianlah produk politik sebagai sumber hukum sekaligus sebagai sumber kekuatan mengikatnya hukum diharapkan – sebagaimana yang dianut aliran positivis – mengakomodir segala kepentingan dari berbagai lapisan masyarakat, nilai-nilai moral dan etik yang diterima umum oleh masyarakat. Sehingga apa yang dimaksud dengan hukum adalah apa yang ada dalam perundang-undangan yang telah disahkan oleh institusi negara yang memiliki otoritas untuk itu. Nilai-nilai moral dan etik dianggap telah termuat dalam perundang-undangan itu karena telah melalui proses partisipasi rakyat dan pemahaman atas suara rakyat. Dalam hal produk itu dianggap melanggar norma-norma dan nilai-nilai yang mendasar yang dihirmati oleh masyarakat dan merugikan hak-hak rakyat yang dijamin konstitusi, maka rakyat dapat menggugat negara (institusi) tersebut untuk mebatalkan peraturan yang telah dikeluarkannya dan dinyatakan tidak berlaku. Dengan demikian nilai moral dan etik, kepentingan-kentingan rakyat yang ada dalam kenyataan-kenyataan sosial tetap menjadi hukum yang dicita-citakan yang akan selalui mengontrol dan melahirkan hukum positif yang baru melalui proses perubahan, koreksi dan pembentukan perundangan-undangan yang baru.

BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan rangkaian kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan termasuk dalam bidang politik. Sedangkan Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Dalam pengertian dasar inilah terangkum keterkaitan antara satu dan lainnya yakni politik sebagai pembentuk, pembagi, dan pengambil keputusan dalam negara hendaknya mematuhi koridor-koridor hukum yang telah disepakati guna menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak-pihak tertentu yang pada akhirnya mengaburkan tujuan dasar politik yakni kesejahteraan rakyat.

B.    SARAN
Mahasiswa yang mengambil konsentrasi ilmu politik penting untuk mengenal Sistem Hukum Indonesia, sehingga pada pelaksanaanya nanti tidak hanya berorientasi pada tujuan semata, namun juga tetap memperhatikan etika dan estetika berpolitik yang cerdas dan santun serta menyesuaikan diri dengan norma dan hukum yang berlaku ditengah masyarakat, khusunya Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

1.    Amirin, Tatang M. 1987. Pokok-pokok Teori Sistem. Jakarta: CV. Rajawali.
2.    Ali, Achmad. 2002. Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Cet. II. Jakarta :. Penerbit Gunung Agung.
3.    Daniel S. Lev, Hukum Dan Politik di Indonesia, Kesinambungan dan Perubahan, Cet I, LP3S, Jakarta, 1990.
4.    http://www.fakultashukum-universitaspanjisakti.com/informasi-akademis/artikel-hukum/42-sistem-hukum-indonesia-unikum-yang-dinamis.html
5.    http://hamdanzoelva.wordpress.com/2008/02/20/hukum-dan-politik-dalam-sistem-hukum-indonesia/
6.    http://jodisantoso.blogspot.com/2006/10/sistem-hukum-indonesia_05.html

Jumat, 25 Maret 2011

That Man

That Man by Hyun Bin taken from OST. Secret Garden



One man loves you
That man loves you wholeheartedly
He follows you around like a shadow everyday
That man is laughing and crying

Just how much…how much more do I have to gaze at you alone
This love that came like the wind
This beggar-like love
If I continue this way, will you love me?
Just come a little nearer…a little more
If I take one step closer to you, then you take two steps back
I who love you am next to you now
That man is crying.

That man is timid
So he learned how to laugh
That man has many stories that he can't even tell his best friend
So his heart is full of tears
That's why, That man
You, he loved you
Because you are just same as him
Yet another fool, yet another fool
Can't you hug me before you go?
I want to receive love, baby
Everyday in my heart,
Just in my heart,
I shout and
That man is next to her even today.

Do you know That man is me?
You're not pretending that you don't know, right?
You really don't know cause you're a fool.

Just how much... how much more do I have to gaze at you alone
This love that’s like a fool
This beggar-like love
If I continue this way, will you love me?
Just come a little nearer...a little more...
If I take one step closer to you, then you take two steps back
I who love you is next to you now
That man is crying.
Suddenly i remember you. Remember your cold-hearted who always keep me from a far. The one with strong will, who never take care of everything then become a good friend for me.

^_^
gomawo

Kamis, 24 Maret 2011

Intuisi

AKU AKAN TERBIASA.

Itu pasti. Masih dengan suara serak, kubulirkan kenyataan ini. Sebuah asa yang entah harus bermuara kemana? Tak ada yang lebih baik dari ini. Ku yakin. Meski kata egois dan individualis akan menghampiri perlahan.

Mak, sarangheyo … ditengah pasang surut proses ini masih kuyakinkan untuk menyempatkan cinta padamu. *_* . I’ll do my best till blood and tears can’t stop me.



Although it seems like a though road, I’ll keep on believing in Allah for thousands love that brought me up every time.

Masa yang mungkin tak mudah bagi gadis kecil sepertiku, tapi aku tahu aku adalah wanita luar biasa. Aku akan selalu mampu bergelut dengan berbagai sudut pandang, menganalisa, memilah, dan menyimpulkannya sendiri. Aku berhak untuk itu.

Saat bayang itu hendak mematrikan rasanya, aku menghindar. Bukan sekedar untuk mengamankan hatiku tapi untuk meyakinkannya bahwa aku membutuhkan aku lebih dari siapapun dalam kondisi apapun. Aku benci ketergantungan yang membuatku terlihat bernasib naas layaknya burung dara kecil yang terhempas dengan luka di sayap oleh tembakan pemiliknya. Kita tak pernah tahu kesiapan dan eksistensi mereka saat kita benar dalam kondisi “butuh”. Bukankah lebih baik mempersiapkan dirimu kuat dalam segala musim, memandirikan diri, dan bersahabat dengan tantangan sedini mungkin. Saat dimana anak lain masih berkutat dengan kisah ababilnya, aku telah belajar untuk mendewasakan diri demi kata yang disebut “keluarga”. Aku mematrikan diri sebagai pejuang setidaknya untuk adik-adikku. Kalau kau katakan aku mati rasa, bisa benar bisa juga tidak. Benar kalau kau mempersempitnya dalam hubungan pria-wanita, namun akan salah bila kau mengaitkannya dengan kata pendidikan dan keluarga. Karena aku sudah cukup dewasa untuk hal itu.



Remove,
sorry but it’ll be better.

Dalam perjalanaan mengenalmu, kau adalah salah satu teman terbaik yang mungkin takkan kutemukan lagi dalam masa berikutnya. Dan berawal dari pemahaman inilah, aku memutuskan untuk memberimu ruang dalam keakuanmu.

Hanya ruang. Maaf.

Ternyata dalam diam pun kita masih berseteru dengan kemasing-masingan yang berpersepsi berbeda.

Aku bukan tak mengenal kata “hati”, namun hal seperti ini memang bukan bahan yang menarik untuk kudiskusikan pada siapapun. Aku memilih untuk merangkainya jadi prosa yang tepat sekedar untuk mencukupi  kebutuhan menulisku yang harus menyetor 180 karya per tahun, atau 15 karya perbulan.
Ironis bukan?

Terserah.

Bukankah telah kupaparkan dengan bahasa lugas bahwa aku bukan sosok aktris di drama korea yang cantik, imut, lugu, penuh pesona, ceria, lembut, dan sangat menyentuh hati saat ia menatap lawan mainnya.

Tidak

Aku jauh dari itu, aku petarung.
Aku menyebutnya demikian karena aku memang demikian.

Kurasa tak ada yang salah karena setiap orang memang berhak. Kau berhak menemukannya, dan kuberhak dengan diriku. Setiap keberhakan yang berharap tak bersinggungan.

Sekali lagi biarkan saja segalanya begitu.

Rabu, 23 Maret 2011

KETIKA NARASUMBER KOCAK DAN JURNALIS AMATIR BERDUET

Rabu, 17 Maret 2011.



Masih dengan nafas terengah-engah penulis segera menuju ke lantai tiga untuk menemui narasumber. Ada sedikit ekspektasi bahwa narasumber akan kesal karena waktu wawancara yang sedianya pukul 14.00 telah mundur menjadi 14.30 tanpa pemberitahuan sebelumnya. Ruangan perpustakaan yang baru kurang lebih seminggu aktif tersebut terasa sejuk dengan AC di berbagai sisi ruangan, sehingga keringat penulis yang terdiri dari lelah, khawatir, dan sedikit kecanggungan masih dapat  tertutupi.

Dengan senyum khas dari narasumber yang penulis identifikasi sebagai perkenalan tersebut akhirnya suasana sedikit mencair.

“kita’?”, tanya penulis.
“iya”, jawab narasumber.

Dan percakapan berkembang dengan sendirinya. Walaupun penulis sedikit bingung karena wawancara diadakan di lantai dua bukan lantai tiga seperti perjanjian sebelumnya. Narasumber hadir dengan tampilan sedikit acuh tak acuh khas fotografer, dalam balutan baju biru lengan panjang, celana jeans yang sedikit memudar, dan tas selempang kecil berwarna hitam ia mulai menuturkan awal ketertarikannya pada fotografi. Dalam perbincangan yang berlangsung renyah dan penuh gelak tawa tersebut penulis terbawa ke dalam suasana rileks bahkan sangat rileks, sehingga terkesan saling mewawancarai.

Disetiap awal penuturannya Hasyaf yang merupakan nama singkatan dari Hasman Syahran Fattah ini akan selalu berkata “Barusanku saya diwawancarai begini, hahah… ” lalau kutimpali dengan “Saya juga barusanku wawancara orang begini” dan seketika ia refleks berujar “Kayaknya semua orang yang wawancaraika stress” dan seketika pula tawa renyah kembali bergema. Seperti itulah suasana perpustakaan lantai dua, di sudut dekat tangga yang biasanya tenang dan jauh dari keributan tiba-tiba menjadi panggung Opera Van Java mini. Karena cukup lama menghabiskan waktu dengan lawakan yang tak kunjung usai, kami sepakat untuk sedikit serius. Dan aku menyodorkan selembar kertas untuk ia tulis terkait data pribadinya. Sesaat sebelum menulis biodata seperti yang biasa dilakukan oleh anak SD, ia berujar lagi “Kenapa saya yang menulis? Biasanya kalau diwawancarai saya bicara saja, jurnalisnya yang menulis” lalu kujawab “Itu dia, kak! Luar biasanya saya!”. Demikianlah ia mulai menulis dengan terang diatas kertas putih yang tanpa merek tersebut setelah tertawa sebelumnya. Diuraikannya hal-hal dasar seperti kelahirannya yakni 24 April 1990 yang tanggalnya bertepatan ditulisnya La Marseillaise, lagu kebangsaan Perancis 198 tahun silam. Kemudian ia sekarang menimba ilmu di jurusan Teknik Informatika semester 6 dan berencana mengambil desain grafis untuk pemfokusannya. Ditengah penuturan akan visi dan misinya ke depan terkait profesi yang kini digelutinya yakni mahasiswa IT dan fotografer, penulis menilai ada semangat dan antusiasme yang tinggi. Hal ini terlihat dari bagaimana ia menceritakan awal ia tertarik dengan fotografi, saat SMA ia mulai menyukai gambar yang ada dimajalah, dan kerap berpikir kenapa hasil gambarnya bagus dan jelas? Apakah karena proses edit yang baik? Atau pengambilan gambarnya yang tepat? Hal tersebut ia rasa jauh berbeda dengan kamera ponsel yang biasa digunakannya. Saat itu pula ia mulai memantapkan diri untuk memilih Teknik Informatika, berawal dari kegemaran foto tadi. Selepas SMA dan menginjak tahun kedua di UIN Alauddin ia mulai memikirkan hal lain yang dapat menunjang kualitasnya sebagai lulusan IT, maka ia mulai berencana mengadakan organisasi yang mewadahi mahasiswa-mahasiswa yang gemar dengan dunia desain grafis untuk terjun didalamnya. Organisasi desain grafis yang oleh masyarakat awam disebut “dunia edit-edit” pada awalnya diberi nama RGB (Red, Green, Blue) atau dikenal sebagai dasar dari segala warna. Namun pada perkembangannya organisasi yang ia prakarsai bersama lima temannya yang lain mulai melebarkan sayap ke dunia fotografi, seiring dengan perubahan orientasi tersebut maka terjadi pula perubahan pada nama organisasi ini menjadi PIXEL. Pixel yang dimaksudkan kerapkali kita jumpai dibelakang hp dekat kamera tertera 2.0 megapixel, 1.0 megapixel, dan lainnya. Namun makna sebenarnya tidak sesederhana itu. Menurut narasumber yang kini  masih aktif di organisasi fotografi bernama Hitam Putih Fotografi itu pixel adalah titik yang terhubung satu sama lain dan memberikan serangkaian warna dan gambar. Filosofinya, diharapkan titik-titik kecil tersebut dapat menjadi awal dari sebuah bentuk utuh yang besar, dalam hal ini ia maknai sebagai pencapaian besar berawal dari usaha kecil yang secara konsisten bertumbuh dan berkembang.

Kembali pada awal ketertarikannya pada dunia fotografi, yakni bulan 8 tahun 2010 ia akhirnya mendapatkan kesempatan untuk memiliki sebuah kamera idaman setelah melakukan lobi intensif dengan keluarga selama berbulan-bulan. Dengan jurus andalan ditambah sugesti yang memadai maka pada semester empat ia mulai memperkenalkan visi dan misinya dalam menggabungkan hobi dan pendidikan, yakni fotografi dan IT (desain grafis). Ia  mencanangkan untuk memfokuskan diri dalam dunia tersebut sebagai bekal hidupnya kelak. Melihat kesungguhannya maka tak heran bila keluarga sangat mendukung dalam hal finansial dan do’a, paparnya sembari mengutak atik hp touch screen-nya yang berwarna pink.

Dalam mengambil objek foto ia cenderung menyukai tema-tema human interest, yakni kegiatan yang mudah menarik dan menyentuh aspek kemanusiaan kita. Karena menurutnya dengan memotret kegiatan manusia ia mendapatkan kesenangan tersendiri. “Dengan mendapatkan angle dan komposisi dari hasil motret karya yang saya hasilkan kelihatan lebih hidup ”. Tulisnya di secarik kertas putih tadi. Baru-baru ini ia meraih juara III dalam fotografi kontes yang bertema Pesta Kebudayaan Jepang di UNHAS. Sambil menuturkan sederet kemenangannya termasuk juara I di UMI dan juara Foto Favorit di UNHAS lagi, penulis lalu melempar pertanyaan “Bagaimana dengan UIN?”, walau sedikit syok ia akhirnya menuturkan isi pikiranya, menurutnya kendati UIN telah dikenal luas sebagai penghasil desainer-desainer berkualitas di luar namun belum pernah sekalipun ada kontes fotografi dan desain dalam skala besar di kampus hijau ini. Diantara pesimisme yang ia tampakkan, tiba-tiba ia berdalih “Tapi insya Allah dalam waktu dekat ini akan ada even besar dari teman-teman IT terkait fotografi dan desain.”, paparnya yakin. Dibalik gayanya yang terkesan sedikit cuek dan penuh lelucon, ia benar-benar meletakkan usaha yang keras dan konsisten pada bidang yang kini ia geluti. Ia berulang kali mengatakan pentingnya peran orang tua dalam memotivasi langkahnya hingga saat ini berada tepat dihadapan penulis untuk berbagi pengalaman.

Selain orang tua, ada seseorang yang sangat berjasa dalam proses pembelajarannya, beliau tidak lain adalah Abi Sija. Sosok senior yang begitu rendah hati dan memperkenalkannya dengan dunia fotografi secara perlahan. Dalam penuturannya terhadap sosok satu ini, ada emosi yang terlihat, perasaan yang sedikit berbeda dari awal pemrbincangan kami. Raut yang penuh canda itu tampak sedikit normal untuk beberapa menit ini. Ditahap ini ia mulai menjelaskan betapa berjasa orang itu. Ia menceritakan bahwa setelah dua bulan bergabung dalam komunitas Hitam Putih Fotografi akhirnya ia meraih juara I di UMI setelah serentetan kegagalan. Hal itu sangat tak terduga karena pengumumannya juaranya pada pukul 18.00 bertepaatn dengan jadwal prakteknya sehingga ia tak mendengar secara langsung namun melalui temannya. Tak terbayang perasaan senangnya saat itu.

Setalah bercakap kurang lebih 30 menit, penulis memutuskan untuk menyudahi karena narasumber dan penulis mempunyai jadwal kuliah saat itu. Dengan sedikit berharap Hasyaf menuturkan keinginannya untuk mengadakan photo session, workshop, dan photography training untuk para pemula. Sebuah keinginan yang sederhana dari calon fotografer besar, dan dituliskan dengan sederhana pula oleh calon jurnalis handal. Sepertinya simbiosis mutualisme berjalan dengan baik disini.

sekian.

“memotret sesederhana merekam momen penting yang tak mau kau lewatkan”
(eri)

Kamis, 17 Maret 2011

in one night

Sepertinya kau menaruh harapan pada orang yang salah.


dia tak punya hati.
mati rasa
berbeda sendiri diantara kaumnya
dia tak lembut, halus, indah, seperti pada umunya



Dia hanya takut keakuannya melukai siapa saja disekitarnya.
Aku mengenalnya cukup lama. Dan aku tahu bagaimana malam yang ia hadapi sendiri kadang harus takluk pada ketidakpedulian. Mungkin kata peduli sudah lama hangus dalam kosa katanya. Ia tak semenawan kau melihatnya diluar. Dia bisa mencekammu dalam senyum tulusnya. Ia acapkali menakutkan, dan aku terlalu prematur untuk memahami maksudnya.

Dibawah matanya yang sementara teduh untuk sudut tajam yang abadi, kau akan temukan bayangan hitam. Ia seperti itu. Hanya selaksa yang berkilau disisi luar namun remang didalam.