Ada sedikit keraguan untuk menemui Bapak Prof. DR. Hamid Awaluddin sesaat setelah ia membawakan materi pada Kuliah Umum berjudul "Islam dan Hubungan Bilateral Indonesia-Rusia". Penulis mengalami berbagai macam perasaan yang sebenarnya bermakna minder. Setelah mencari kesana kemari, penulis mendapat informasi bahwa Bapak Hamid Awaluddin berada di ruang Rektor UIN Alauddin Makassar. Beliau berbincang santai dengan petinggi rektorat bersama Dirut PT. Semen Tonasa.
Dubes berbincang bersama Rektor UIN Alauddin dan Dirut PT. Semen Tonasa |
Perbincangan yang tertutup tersebut berlangsung beberapa menit. Dan penulis sama sekali tidak diperkenankan memasuki ruangan, Alhamdulillah Bapak Ali, asisten Rektor, bermurah hati membagi hasil fotonya kepada penulis. Tentu saja ini pun tak mudah karena penulis harus meminta izin berupa nota persetujuan kepada bagian Humas UIN Alauddin untuk mencegah segala bentuk penympangan dikemudian hari. Nota yang telah diberikan kepada penulis langsung saja diserahkan kepada Pak Ali yang kemudian mempersilakan pegawai untuk memberi soft file-nya. Kak Dian, staf rektorat, juga sangat berperan dalam wawancara ini, ia meminjamkan Flashdisk bagi penulis. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Mantan Mentri Hukum dan HAM ini pun keluar dan dengan sangat ramah menyempatkan penulis untuk mewawancarainya.
Penulis meminta izin wawancara |
Berikut petikan wawancaranya :
Penulis : Maaf pak, bisa foto bersama? (prolog)
Bapak Dubes : Oh, bisa. Kalau hanya foto, masa' tidak bisa. (senyum ramah sembari berfoto)
Penulis : Maaf lagi, pak. kalau wawancara sebentar. Bisa? (mulai masuk ke acara inti)
Bapak Dubes : Oh. Itu... yasudah ayo... (sambil mengarahkan penulis untuk keluar ruangan)
Proses wawancara sesaat sebelum Bapak Dubes meninggalkan UIN Alauddin Makassar |
Penulis : Bapak mengatakan bahwa terjadi perkembangan yang sangat signifikan di bidang kedokteran dan teknologi di Rusia, lalu bagaimana dengan ilmu sosial dan politik?
Bapak Dubes : Ilmu sosial dan politik juga sama dengan sains. Semuanya mengalami perkembangan yang baik disana. Karena saat ini perlengkapan Rusia sangat memadai untuk berkembangnya pengetahuan.
Penulis : Saya adalah mahasiswa jurusan Ilmu Politik UIN Alauddin Makassar yang saat ini baru angkatan ketiga. Bagaimana dengan kesempatan melanjutkan pendidikan kesana?
Bapak Dubes : Oh, sangat baik. Dan sekarang kerjasama pendidikan seperti pertukaran mahasiswa sudah mulai berjalan dengan baik dan lancar. Bahkan saya sudah mulai merancang pertukaran professor.
Penulis : Lalu apakah ada intervensi antara faham komunis yang melekat dengan citra Rusia dengan perkembangan ideologi ilmu sosial dan politik disana?
Bapak Dubes : Oh. Hal seperti itu sudah tidak ada lagi, bahkan cenderung menghilang dari perbincangan masyarakat.
Penulis : Bagaimana dengan pemuda disana? Apakah mereka juga menganggapnya sudah hilang?
Bapak Dubes : Pemuda disana justru tidak mau lagi mengenal kata komunisme atau bahkan Marxisme. Mereka sudah melepasnya dan menyambut pemikiran-pemikiran baru.
Penulis : Baik, terima kasih atas waktunya, pak!
Bapak Dubes : Iya, sama-sama
Penulis : Assalamu 'Alaikum
Bapak Dubes : Wa 'Alaikum Salam (bersegera memasuki lift bersama petinggi rektorat).
Demikian petikan wawancara penulis bersama pejabat sederhana dan ramah ini.
.
Berikut biografi beliau yang penulis kutip dari wikipedia :
Berikut biografi beliau yang penulis kutip dari wikipedia :
Hamid Awaluddin, Ph.D. (lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, 5 Oktober 1960; umur 50 tahun) adalah Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia sejak 8 April 2008. Ia pernah menjadi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu dari 20 Oktober 2004-8 Mei 2007. Pada 7 Mei 2007, ia digantikan Andi Mattalata lewat sebuah perombakan kabinet tahap kedua yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Presiden, Jakarta.
Ia menempuh pendidikan sarjana hukumnya di Universitas Hasanuddin dan meraih gelar doktor pada tahun 1998 di American University, Amerika Serikat. Sebelum menjadi menteri, Awaludin pernah menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum. Saat masih berstatus mahasiswa, ia aktif di Himpunan Mahasiswa Islam Makassar, Sulawesi Selatan. Hamid juga menjadi wakil Indonesia dalam penandatanganan MOU perdamaian dengan Gerakan Aceh Merdeka.
Penulis berfoto bersama Bapak Dubes dan koleganya sesaat sebelum wawancara |
Penulis benar-benar berterima kasih kepada semua pihak atas kesempatan langka ini, insya Allah ini adalah langkah awal penulis untuk menghasilkan berita-berita baik, bermanfaat, dan dapat menginspirasi banyak orang. Sekali lagi, terima kasih.
Terima kasih, Bapak prof. DR. Hamid Awaluddin,
suatu hari saya ingin jadi diplomat seperti, Bapak!
Terima kasih, Bapak prof. DR. Hamid Awaluddin,
suatu hari saya ingin jadi diplomat seperti, Bapak!
mnantapzzzzzzzzzzz
BalasHapusEh, ketemu blognya eri.. (ninggalin jejak dulua ahh)hhe :)
BalasHapusprogres meningkat kaya'nya ini :)
jng tlalu fokus ma "hasil" mba'.. Krn yg lebih bernilai itu "prosesnya"..
IMHO :)
salam semangat (not sm*sh)
Cumii Kun
hahaha ...
BalasHapusanonim : thx masih belajar juga .^^
cumii : thx, gmn kabar dirimu ? buku yahudi-yahudi itu blm kukembalikan di'? kapan"pi nah :D