Just take a little fresh air, suddenly remember of you all.
Hey, how are you nowadays? is it still tough?
I miss every little things that you gave me. Uniform, simple lunch, money, laugh and endless support.
Sebenarnya tak ada yang menarik.
Hanya ada sekumpulan foto yang memenuhi akun fb kita.
Entah siapa pengarah gaya saat itu, kenapa kita harus menunjuk? apa yang kita tunjuk? mimpi kah yang kita maksud? sesuatu yang jauh disana? atau untuk seseorang yang kelak melihat foto kita, dan terkesima akan penghargaan istimewa ini (ditunjuk, red).
Saat tawa kita masih sama.
Entahlah... aku hanya merasa ada part yang hilang dalam pertemuan kita akhir-akhir ini.
Mungkin hanya aku yang berinisiatif konyol seperti ini. Mengharapkan pujian kalian akan tulisanku yang mungkin semakin bagus, secara tidak langsung memperkenalkan blog baruku, atau sekedar mengetuk nurani kalian bahwa aku perhatian bahkan hyper-perhatian[!].
Aku masih mengutak atik potret kita di akun fb masing masing, sayangnya dari sekian fb yang kukunjungi sudah sangat jarang yang menyimpan kenangan kisah klasik (hanya bila kita sepakat menyebutnya demikian, red).
Kebersamaan dulu
Dunia maya acapkali menjadi kambing hitam akan raga kita yang mulai malas untuk bertemu, namun tanpa dunia maya akankah raga kita masih juga tergerak untuk bertegur sapa??
Ada banyak untold stories nowadays. Sesuatu yang tak bisa kita nyatakan gamblang karena alasan pertemanan yang bagiku sangat tidak masuk akal. Bukankah hal paling dasar dari hubungan apapun, termasuk pertemanan adalah keterbukaan, kejujuran, dan penerimaan atas semua itu. Namun mungkin kita semua telah bertumbuh, aku tak mau menyebutnya berubah. Sudah terlalu banyak pertimbangan sehingga kita memilih diam. Diam yang pada akhirnya menyudutkan satu pihak. Sadar tidak? ketika kita merasa telah menyakiti pihak lain dan tidak mengungkapkannya, maka itu adalah pembenaran bagi diri kita. Pembenaran karena telah berhasil menghapuskan sesal salah itu dengan melihat kesakitan pada kita dan membandingkannya dengan pihak lain yang tampak riang dalam ketidaktahuannya. Tapi pertanyaannya lagi, seberapa yakin kita bahwa dia, mereka, beliau, atau sapapun itu "benar-benar tidak tahu"?? sama sekali tidak tahu??
i extremely doubt for that.
Lupakan tentang itu, aku telah belajar banyak dari kalian. Sangat banyak. Tentang berbagai untold stories yang naasnya harus kuketahui dan kututup serapat mungkin. Tentang kalian yang dengan sangat tega memaksaku menggunakan segala rupa topeng untuk menutupi "tentang" kalian. Padahal kalian sangat tahu aku tak suka hal seperti itu. Tidak suka. Pertanyaannya kemudian adalah "kenapa kalian memilihku?" "kenapa harus aku yang cerewet ini?" "tidak takutkah kalian?" "bukankah aku sangat kekanakan bagi kalian?"
Apa kalian bisa mendengar? Aku seolah tak tahu apapun. Tidak tahu. Dan aku memang tak ingin tahu. Tapi kenapa kalian memberi tahu?
Mungkin sajak ini yang bodoh, atau penulisnya yang serba kekurangan, tidak mungkin kalian. Kalian adalah sekumpulan orang cerdas yang sangat memukau kemampuannya. Tidak mungkin kalian yang bodoh. Bukan.
I'm not a silent one who can keep it all easily, not too a cheerful one who can smile and laugh all day.
I'm just a stranger in front of you.
Mungkin sajak ini yang bodoh, atau penulisnya yang serba kekurangan, tidak mungkin kalian. Kalian adalah sekumpulan orang cerdas yang sangat memukau kemampuannya. Tidak mungkin kalian yang bodoh. Bukan.
I'm not a silent one who can keep it all easily, not too a cheerful one who can smile and laugh all day.
I'm just a stranger in front of you.
Tetaplah disitu, tetaplah dalam kisah klasik. Walau mungkin telah usang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar