Ada saat dimana logika vakum sementara waktu, bukan untuk menepi ke dunia tanpa logika. Hanya sekadar istirahat, karena lelah itu benar-benar meletihkan.
Aku mencoba menerka proses yang sedikit penat ini, aku mulai beranjak dari titik yang membuatku bergeming beberapa masa ini.
Bersama mereka ada banyak cerita yang tak akan terbagi pada siapapun.
Aku berlari dengan sudut pandangku sendiri bertahun-tahun lamanya. Menerka jalan keluar sendiri dan berkutat degan kecemasan sendiri. Semua itu sudah cukup menggambarkan kecintaanku pada individualitas. Disaat awal mengenal mereka, berbagai arus yang bermakna skeptis menyeruak. Mereka bukan kawan yang baik, batinku. Bahkan tak akan menjadi baik, tapi waktu menjawab lain. Kau tahu kan, aku benci hal-hal yang penuh romansa, namun bersama mereka aku merasa masuk dalam dunia drama tentang persahabatan yang indah. Klasik, fantasi, menjemukan, namun mewakili asa banyak orang. Lagi-lagi Allah menyadarkanku.
Malam ini dingin,
masih seperti masa-masa lalu, saat kita saling bertukar pesan semangat perihal MLM
masih seperti masa-masa lalu, saat kita saling bertukar pesan semangat perihal MLM
masih seperti ide gila berjalan kaki selepas maghrib dari TVRI sampai anjungan pantai Losari
masih seperti waktu kau larut dalam romansamu, dan kami tertidur pulas
masih seperti itu, namun sedikit asing.
masih seperti waktu kau larut dalam romansamu, dan kami tertidur pulas
masih seperti itu, namun sedikit asing.
Bukankah setiap malam punya bintangnya sendiri??
Dan saat ini bintang kita sedikit berbeda, namun masih di malam yang sama.
Tak ada yang kemana karena hanya ada masa untuk dimana.